Legenda Ya Sui untuk Koko dan Cici

Imlek identik dengan kue keranjang, petasan dan angpao. Saat ngerayain Imlek, orang-orang tua memberi Ya Sui atau hadiah berupa uang dalam amplop merah (angpao) buat anak-anak. Para koko (sebutan kakak laki-laki, seperti ‘abang’ di Jakarta, atau ‘mas’ dalam budaya Jawa) dan cici alias cece (sebutan kakak perempuan, seperti ‘uni’ dalam bahasa Minang, atau ‘teteh’ bagi orang Sunda) jelas girang mendapat rezeki berlimpah di hari pertama tahun baru China.

 

Awalnya, hadiah buat koko dan cici bukan uang, melainkan jajanan. Tradisi ngasih Ya Sui dijalanin sejak era Dinasti Ming dan Qing. Daripada dikasih jajan, orang tua kepingin ngadoin uang tunai aja, biar koko dan cici sendiri yang milih uangnya mau dipakai apa. Ternyata kebanyakan menghabiskan Ya Sui buat beli petasan dan manisan, sesuatu yang mewah banget pada era jadul itu.

 

Eh, tapi Ya Sui belum dikemas dalam amplop merah seperti sekarang, lho. Uang nominal terkecil yang beredar di Tiongkok dulu masih wen atau tongbao. Bentuknya koin perunggu dengan bolongan imut segi empat di tengah. Jadi, sebelum dibagiin ke koko dan cici, Ya Sui itu biasanya diikat-ikat membentuk untaian uang. Tali pengikatnya harus merah seperti angpao, warna khas Imlek yang melambangkan kesejahteraan dan keberuntungan.

 

Keluarga kaya jelas bakalan ngasih Ya Sui lebih banyak. Nggak tanggung-tanggung, jumlahnya bisa sampai 100 keping. Kebayang kan gimana berat dan ramainya gemericik suara 100 koin perunggu yang diikat jadi satu? Ya Sui sering ditaruh di bawah kaki ranjang tempat koko atau cici tidur. Tujuannya untuk mengusir setan-setan jahat, seperti raksasa Nian, biar nggak gangguin koko dan cici selama setahun ke depan. Diharapkan, hidup koko dan cici bakal aman, tenteram, sejahtera, dan penuh keberuntungan.

 

Lalu, begitu ada uang kertas, orang mulai deh mengganti bentuk Ya Sui-nya. Tapi itu nggak dilakukan semua kalangan karena nominal uang kertas masih besar banget. Uang kertas pertama kali dipakai di Tiongkok pada masa Dinasti Song, walau baru benar-benar resmi digunakan secara luas pada zaman Dinasti Ming. Berhubung cuma uang-uang besar yang bentuknya kertas, Ya Sui buat koko dan cici, ya tetap koin aja.

 

Nah, lama-lama, uang kertas juga mulai diproduksi untuk nominal yang lebih kecil. Orang-orang tua jadi tertarik memakai uang kertas aja biar lebih praktis, daripada harus repot mengikat koin-koin sebagai Ya Sui. Uangnya dimasukin rapi ke dalam angpao. Koko dan cici bakal makin senang kalau uang kertasnya masih baru dan licin, nggak kusut atau kotor. Eh, yang dikasih angpao bukan cuma koko dan cici, lho. Opa dan oma sebagai orang tua juga berhak menerima dari papi dan mami, alias anak-anak mereka. Ang Pao itu merupakan doa agar opa-oma selalu sehat dan panjang umur.

 

Gong xi fat chai, koko dan cici!

 

HAFIDA INRAWATI

ILUSTRASI: SUPERKIDS INDONESIA

Share to :


Leave A Comment