Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

Saat dua anak raja dikutuk menjadi monyet hitam dan gadis kudisan. 

Legenda asal Jawa Barat ini dimulai dari rasa iri si sulung Purbararang pada adik bungsunya Purbasari. Dari tujuh anak Prabu Tapa Agung yang memimpin Kerajaan Pasir Batang, hanya mereka berdua yang belum menikah. Lima lainnya juga perempuan, tapi sudah tidak lajang. Prabu semakin tua dan terus memikirkan siapa yang bisa menggantikan posisinya sebagai raja. Ia memilih Purbasari, putrinya yang lemah lembut dan bijaksana. Keputusan ini tidak bisa diterima sang kakak Purbararang, yang dikenal kasar dan gila harta.

Purbararang menemui dukun terkenal bernama Ni Ronde. Ia minta agar Purbasari digagalkan naik tahta sebagai ratu, apapun caranya. Ni Ronde lalu menyihir Purbasari yang cantik menjadi putri berkulit menjijikkan. Seluruh badannya berkudis, melepuh lalu bernanah. Aromanya busuk sekali. Purbararang menghasut Prabu agar menyingkirkan Purbasari ke hutan, jauh dari kerajaan. “Ini semata bertujuan agar penyakitnya tidak menular,” rayu Purbararang.

Ia berhasil. Purbasari diasingkan ke hutan belantara. Semua mengira ia akan mati diterkam hewan buas. Padahal, Purbasari justru diterima dengan baik oleh para penghuni hutan. Hewan-hewan, termasuk singa yang amat ditakuti, menjadi sahabatnya. Hewan yang paling setia menemani Purbasari adalah seekor lutung, monyet besar berbulu hitam lebat. Dia tidak pernah pergi dari samping Purbasari. Dia membantunya mencari buah dan umbi-umbian untuk dimakan bersama.

Suatu hari Purbasari menangis sedih, teringat pada ayahnya Prabu Tapa Agung yang sangat ia sayangi. Lutung menjadi sangat gusar dan ketularan sedih. Ia ikut berdoa memohon pertolongan untuk Purbasari. Lalu terbentuklah telaga kecil di dekat mereka. Lutung meminta Purbasari berendam di sana. Permintaan ini sangat mengagetkan Purbasari karena ia belum pernah mendengar lutung berbicara seperti manusia sebelumnya. Sadar yang dihadapi bukan lutung sembarangan, Purbasari menurut. Ajaibnya, penyakit kulit Purbasari sembuh seketika!

Ia pun kembali ke kerajaan dengan hati gembira, didampingi lutung sahabatnya. Semua menerima kepulangan Purbasari dengan sukacita, kecuali sang kakak Purbararang. Ia gusar mendengar rencana Prabu untuk menyerahkan tahta kerajaan pada Purbasari secepatnya.

Purbararang mengajukan syarat untuk memutuskan siapa yang pantas menggantikan sang ayah. Pertama, lomba masak. Meski  Purbararang dibantu banyak asistennya yang jago memasak, racikan Purbasari tetap lebih enak. Kedua, lomba rambut panjang dan indah. Kali ini Purbararang yang rajin perawatan, juga kalah telak. Ketiga, adu ketampanan calon pendamping. Purbararang telah bertunangan dengan Raden Indrajaya, salah satu pemuda paling tampan di Tanah Pasundan.

Purbasari berkecil hati. Ia tidak punya tunangan ataupun calon pendamping. Satu-satunya yang selalu bersamanya adalah seekor lutung. Tapi ia menerima tantangan ini. “Dia kah tunanganmu? Seekor lutung?” ejek Purbararang, melihat adiknya yang rupawan menggandeng lutung hitam berekor panjang.

Tak disangka, seketika lutung itu berubah menjadi seorang pemuda yang sangat gagah dan tampan. Ia ternyata Sanghyang Guruminda yang dikutuk menjadi lutung, dibuang ke Bumi dan tersesat di hutan, akibat kesalahannya di masa lampau. Selanjutnya, ia lebih dikenal dengan sebutan Lutung Kasarung, yang dalam bahasa Sunda berarti ‘lutung yang tersesat’. Prabu tidak ragu lagi. Ia segera menobatkan Purbasari menjadi pemimpin kerajaan, menggantikan dirinya yang sedang sakit-sakitan. Kehidupan di Kerajaan Pasir Batang pun berjalan semakin tenteram di bawah kendali Purbasari dan Lutung Kasarung yang baik hati.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

FOTO: 123RF

Share to :


Leave A Comment