Pangeran Cindelaras dan Ayam Kokok Ajaib

Cerita rakyat Jawa Timur ini nggak ada hubungannya sama dongeng Cinderela bersepatu kaca.

Kisah Cindelaras dimulai dari Kerajaan Jenggala yang dipimpin Raden Putra. Sang raja punya dua istri. Pernikahan mereka kelihatannya baik-baik saja, padahal tidak. Istri muda Raden Putra tidak pernah menyukai si istri tua, saingannya. Apalagi istri tua dianggap sebagai pendamping sah Raden Putra. Ia selalu diajak menemani Raden Putra menghadiri berbagai acara penting. Iri, istri muda pun menyusun rencana jahat untuk menyingkirkannya.

Ia pura-pura jatuh sakit. Raden Putra memanggil dukun paling terkenal di Jenggala untuk menyembuhkannya. Sayang, yang datang adalah dukun kenalan si istri muda. Mereka justru sudah bersekongkol untuk membohongi Raden Putra. “Dia sakit seperti ini karena diracuni oleh istri tuamu,” simpul dukun. Raden Putra kaget bukan main. Ia mengusir istri tua dari istana. Ia juga menyuruh patih membawanya jauh ke dalam hutan dan membunuhnya. Raden Putra tidak  tahu, istri tua yang sabar ini sedang mengandung anak mereka.

Patih membawa permaisuri ke hutan tapi ia tidak sampai hati membunuhnya. Pada Raden Putra, patih berpura-pura saja sudah melaksanakan semua tugas yang diperintahkan. Dengan perginya istri tua, misi istri muda tercapai. Ia menjadi pendamping satu-satunya Raden Putra yang diakui.

Di hutan, beberapa bulan kemudian, permaisuri melahirkan anak laki-laki. Ia menamainya Cindelaras. Sang putra tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani dan baik hati. Ia pandai bergaul dengan semua penghuni hutan. Suatu siang, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam di dekatnya. Telur itu menetas, mengeluarkan seekor anak ayam mungil. Cindelaras langsung jatuh hati dan bertekad memeliharanya dengan baik.

Saat besar, ayam itu bersuara seperti manusia. Ia menyebut Cindelaras adalah anak Raden Putra. Cindelaras menceritakan tentang keanehan ini pada ibunya. Meski tak pernah ingin memberitahu Cindelaras tentang asal usul mereka, permaisuri akhirnya terdesak untuk berbicara jujur. Ia menceritakan bagaimana sampai mereka bisa berada di tengah hutan bersama hewan-hewan. Cindelaras pun bertekad mendatangi Raden Putra. Ia pergi berjalan kaki ke istana bersama ayam kokok ajaibnya, tanpa didampingi sang bunda.

Di perjalanan, Cindelaras bertemu beberapa pemuda asyik menyabung ayam. Ia bergabung mengadu ayamnya bersama mereka. Ternyata ayam Cindelaras menang. Berkali-kali diadu dengan ayam lain yang lebih besar dan lebih berpengalaman bertarung, ayam Cindelaras tetap menang. Kabar tentang kehebatan ayamnya terdengar sampai ke istana. Raden Putra, yang juga penghobi sabung ayam, memanggil Cindelaras. Inilah pertemuan pertama Cindelaras dengan ayah kandungnya.

Perjumpaan itu melahirkan sebuah kesepakatan untuk menyabungkan ayam jagoan mereka. Kalau ayam Cindelaras menang, sebagian kekayaan raja akan menjadi miliknya. Kalau raja menang, kepala Cindelaras akan dipenggal. Meski taruhannya nyawa, Cindelaras menyanggupi tantangan itu. Siapa mengira ayam Cindelaras lagi-lagi menang. Ini membuat Raden Putra takjub dan penasaran. “Siapa kamu sebenarnya? Dari mana asalmu? Siapa orangtuamu?” tanya Raden Putra.

Bukan Cindelaras yang menjawab, melainkan ayam kokok ajaib dalam gendongannya. “Cindelaras anak Raden Putra..!” kata ayam itu di tengah kokoknya yang nyaring. Raden Putra makin terkejut. Ia memanggil patih yang dulu ditugaskan membuang istri tua ke hutan. Ia juga memanggil dukun dan istri mudanya. Maka terungkaplah apa yang sebenarnya terjadi selama ini. Raden Putra kini tahu siapa yang salah, siapa yang benar.

Ia ganti mengusir istri mudanya dari istana dan mengirim patih ke hutan untuk menjemput kembali istri tuanya tercinta. Cindelaras dan ayan kokok ajaibnya pun menjadi penghuni istana. Saat Raden Putra wafat, Cindelaras naik tahta menjadi raja. Ia memimpin Kerajaan Jenggala dengan bijaksana.

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: SUPERKIDS INDONESIA

Share to :


Leave A Comment