Seandainya Aku Bukan Beruang

 

Tentu saja lebah! Bagi Miko, lebah adalah hewan paling beruntung. Mereka tidak akan pernah kehabisan madu selamanya. Miko membuntuti seekor lebah sampai ke sarang. Lebah itu masuk ke dalam batang kayu berlubang. Miko merogoh kayu untuk mencolek sedikit madu. Tapi jarinya yang gemuk tersengat dan rasanya sakit luar biasa. Ia lari ke sungai menghindari kejaran sekelompok lebah yang sangat marah, lalu menceburkan diri ke air yang dingin. “Aduh, aku nggak ingin jadi lebah. Mereka gampang sekali marah,” sesalnya.

 

Seekor katak melompat ke perut Miko yang buncit. Miko langsung tahu ia sebaiknya jadi apa. Melompat ke sana-sini seperti katak tampak begitu menyenangkan. Maka, Miko mengambil posisi jongkok dan… hup! Ia mulai melompat dengan susah payah. Hanya empat lompatan, ia akhirnya mendarat di lumpur yang lengket dan bau. ”Bah! Aku nggak mau jadi katak. Mereka kotor sekali,” sungutnya.

 

Miko melihat seekor ular hijau lewat mendesis-desis. Aha, jadi ular pasti seru! Ia langsung berbaring telungkup ke tanah dan mencoba merayap juga. Tapi, ia tidak bisa bergerak lincah. Perutnya sakit tergores tanah dan batu. Miko berusaha bangkit sambil merengut. “Aku nggak bisa jadi ular. Merayap bikin aku lambat dan nggak bisa pergi jauh,” omelnya. Seekor rusa cantik lewat dan menawarkan bantuan. “Pegang tandukku biar kau bisa bangun,” kata rusa.

 

Miko ternganga. Tanduk rusa indah sekali. Ia mencari dua ranting pohon dan memegangnya di kepala, seperti tanduki rusa. Ia berlari gembira kesana kemari, yakin inilah pilihan paling tepat untuknya. Tapi tanduk ternyata bikin ia nggak bebas berlari. Tanduk itu gampang tersangkut di semak-semak. “Oh, tidak. Aku nggak mau tersangkut terus begini. Aku nggak akan jadi rusa lagi!” tegasnya.

 

Miko pulang dengan perut keroncongan. Ia menceritakan pengalamannya hari itu pada ibu. Ibu tersenyum. “Bulu yang tebal menjaga supaya kulitmu nggak gampang tergores saat jatuh. Badanmu yang besar juga membantumu kuat berjalan, nggak perlu merayap atau melompat,” kata ibu. Miko tercengang. Ia memang senang bermain jadi hewan lain, tapi juga menyadari tak ada yang lebih menyenangkan selain menjadi beruang. “Aku sudah memutuskan, Ibu. Aku ingin selamanya tetap menjadi beruang!” yakin Miko riang.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment