Selamat Panjang Umur, Semoga Ulang Tahun

 

Tiap tahun kerajaan menggelar pesta meriah untuk merayakan ulang tahun pangeran Juli. Seluruh rakyat ikut menikmatinya selama 10 hari. Koki-koki kersajaan bekerja ekstra keras menyiapkan roti berhias huruf J yang berarti Juliandra, untuk dibagikan sebagai menu sarapan di semua rumah tiap pagi. Para penjahit tak kalah sibuk. Mereka membuat ribuan bendera kecil berhias foto Pangeran Juli untuk dipajang di setiap sudut kota.

 

Tentulah perayaan ultahku berbeda dengan Pangeran Juli. Ibuku tak pernah membuatkan roti Y, apalagi menjahitkan bendera bergambar wajahku. Sebenarnya ibu malah tak melakukan apa-apa untuk ultahku, selain berdoa. Kegembiraan pesta sudah didapat dari ramainya acara kerajaan.

 

Tahun ini ‘kadoku’ bertambah. Raja menggelar acara yang disebut “Selamat Panjang Umur, Semoga Ulang Tahun.” Ia mengundang semua yang tanggal dan bulan lahirnya sama dengan Pangeran Juli ke istana. Tentulah termasuk saya. Pintu istana tidak dibuka untuk semua orang setiap hari. Ini membuat kami semua -23 orang yang ulang tahunnya sama dengan Pangeran Juli- merasa sangat terberkati.

 

Kami mendapat bingkisan bahan makanan yang cukup untuk dua bulan, kupon gratis naik kereta kecuali hari Sabtu dan Minggu, beasiswa, dan foto bersama sang pangeran. Saat bertemua Pangeran Juli, rasa penasaran kami tentang nama acara ini pun terjawab. Pangeran ternyata selalu terbalik mengucapkan selamat. Ia harusnya berkata, “Selamat ulang tahun, semoga panjang umur.” Tapi yang ia ucapkan justru sebaliknya.

 

Saat kami bersalaman dan dia mengatakan itu, aku bertanya-tanya dalam hati. Tidakkah dia malu, atau justru senang kesalahannya dianggap sebagai sebuah kewajaran?

 

 

 

ILUSTRASI: THINKSTOCK

Share to :


Leave A Comment