Sigarlaki dan Limbat

Dongeng nusantara dari Minahasa, Sulawesi Utara. 

Dulu, siapa tak kenal Sigarlaki? Pemuda asal Tondano, Minahasa ini jago berburu. Tombaknya selalu tepat mengenai sasaran. Babi hutan, rusa, ayam, ikan, bahkan burung yang sedang terbang, bisa ia dapat hanya dengan sekali lemparan. Semua orang membicarakan Sigarlaki. Termasuk mereka yang tinggal jauh di pulau-pulau seberang dan belum pernah melihat wajah laki-laki berbadan tegap ini.

Sigarlaki selalu didampingi Limbat, pelayan yang setia menemani kemana pun dia pergi. Limbat sangat rajin dan patuh. Ia tidak pernah membantah apa perintah Sigarlaki. Dia dengan senang hati melayani semua kemauan majikannya, persis seperti yang diinginkan Sigarlaki. Mulai membersihkan rumah, memanggul hewan buruan, sampai membakarnya jadi menu makan malam.

Suatu hari, untuk pertama kali, Sigarlaki gagal memperoleh buruan. Tombaknya meleset ke pohon saat dilempar ke arah kambing jantan. Begitu juga saat mencoba mendapatkan seekor kelinci gemuk berbulu coklat. Seharian keluar-masuk hutan, ia dan Limbat pulang dengan perut keroncongan. Sigarlaki sangat kesal dengan yang terjadi hari itu. Ia menyuruh Limbat segera memasak sisa daging tadi pagi untuk disantap bersama.

Kali ini, untuk pertama kali, Limbat juga gagal memenuhi keinginan Sigarlaki. Daging yang ia simpan hilang dari keranjang. Sigarlaki marah besar. Ia menumpahkan semua kekesalannya pada Limbat. Ia menuduh Limbat berbohong dan sengaja menyembunyikan daging untuk dimakan sendiri. “Dasar pencuri tidak tahu diri!” maki Sigarlaki.

Limbat kaget dan sedih. Menurutnya tuduhan Simbarlaki sangat tidak beralasan. Ia juga lapar dan ingin makan. Tapi daging simpanan memang hilang entah siapa yang ambil. “Buktikan kalau bukan kamu pencurinya!” tantang Sigarlaki, masih penuh emosi. Nah, bagaimana membuktikan ini? Limbat masih memikirkan cara terbaik untuk menunjukkan ia tidak seperti yang dituduhkan.

Sigarlaki punya ide. “Begini saja. Aku akan menancapkan tombak ini ke kolam dan kamu harus menyelam sampai ke dasarnya juga. Kalau tombak ini keluar lebih dulu, berarti kamu tidak mencuri. Kalau kamu duluan yang keluar, berarti kamu benar mencuri,” kata Sigarlaki. Limbat merasa aneh dengan peraturan yang ditetapkan tuannya, tapi tidak ingin membantah. Ia langsung menyanggupi.

Limbat menarik nafas panjang, mengumpulkan sebanyak mungkin oksigen, lalu menyelam bersama tombak Sigarlaki. Baru saja tombak itu menancap ke dasar, Sigarlaki melihat ada seekor babi minum di pinggir danau. Ia segera mengangkat tombaknya dan melemparkan ke arah babi. Lemparan ini ternyata tidak berhasil mengenai sedikit pun badan babi. Sementara Limbat keluar dari danau dengan wajauh gembira. “Bukan aku pencurinya!” dia berteriak lantang.

Sigarlaki tidak setuju. Ia menolak mengakui kekalahan dan minta pembuktian ulang satu kali lagi. Limbat terpaksa mengalah. Ia kembali menyelam bersama tombak yang dilempar majikannya. Tapi belum sampai tombak itu ke dasar kolam, terdengar suara teriakan Sigarlaki. Kakinya dicapit kepiting besar dan ia tidak sengaja menarik tombak itu keluar. Limbat menang. Sekarang ia berhasil membuktikan, tuduhan Sigarlaki salah. Itu hanya pelampiasan kejengkelannya karena gagal berburu dan lapar.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: CAECILIA SANDY SIPUTRI

Share to :


Leave A Comment