Tulap, Raksasa Rakus

Tulap adalah raksasa berwajah seram dan suka memangsa manusia dan binatang yang ada di dalam hutan. Ketika berkeliling mencari mangsa, si Tulap menemukan lelaki tua sedang mencari kayu bakar. Lalu bagaimana nasib lekaki tua ini?

Tulap tidak sabar lagi ingin segera menangkap lelaki tua itu. Ia pun keluar dari persembunyiannya. “Hai, Pak Tua! Sedang apa kamu di sini?” tanya Tulap dengan suara menggelegar.

Pak Tua ketakutan. “Aku tidak akan memangsamu. Tapi, maukah kamu ikut bersamaku? Temani aku mencari burung untuk santapan siang kita nanti,” bujuk si Tulap.

Lelaki tua itu mengetahui bujukan si Tulap hanya akal-akalan saja. Karena takut raksasa itu murka dan langsung memangsanya, Pak Tua pun menuruti ajakannya. Keduanya pun berjalan menyusuri hutan belantara.

Pak Tua itu disuruh berjalan di depan. Saat berjalan Pak Tua memungut semua jarum dan peniti yang menancap di tanah, lalu memasukkan ke dalam saku celananya. Mereka menemukan pohon pisang berbuah lebat. Tulap segera memetik beberapa buah pisang yang sudah masak, menyuruh Pak Tua itu membawanya.

Si Tulap mengajak beristirahat sejenak di bawah pohon rindang. Pandangan si Tulap tiba-tiba tertuju pada sebuah tongkat yang biasa digunakan memukul sagu. Tulap menyuruh Pak Tua membawa tongkat itu. Saat mereka berjalan, seekor tikus jantan yang besar dan berekor putih melintas.

Raksasa ini mengajak tikus  ikut bersama mereka. Tikus itu menuruti ajakan karena takut dimangsa. Ketiganya pun melanjutkan perjalanan. Mereka bertemu dengan seekor lipan raksasa, dan mengajaknya. Si Tulap berjalan paling depan, disusul Pak Tua, si tikus, dan si lipan yang paling belakang sendiri.

Tiba-tiba terdengar kicau seekor burung mutuo. Rombongan si Tulap pun serentak berhenti. Ketika si Tulap hendak menangkapnya, burung itu ternyata sedang bertelur. Raksasa itu pun membujuknya agar ikut bersama mereka.

Raksasa itu terlihat mulai lemas. Tidak ingin niat jahatnya ketahuan, si Tulap menyuruh rombongan berjalan dulu menuju rumahnya. Dalam perjalanan, timbul perasaan curiga. Pak Tua dan para binatang ini bermusyawarah untuk mencari cara agar bisa membinasakan raksasa yang buas itu.

Setiba di rumah Tulap, mereka segera menjalankan siasat yang telah direncanakan. Hari mulai gelap, Tulap pulang ke rumahnya. Karena kelelahan, ia langsung masuk ke kamar dan terlelap. Mereka langsung melaksanakan tugas masing-masing. Pertama-tama, si tikus menggigit telinga si Tulap. Raksasa itu pun serentak terbangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ketika ia meloncat ke depan tempat tidur, kakinya tertusuk jarum dan peniti yang telah dipasang oleh Pak Tua. Ia pun menjerit-jerit kesakitan menuju ke ruang dapur untuk membasuh mukanya. Pada saat itu pula, burung mutuo mengepakkan sayapnya tiga kali. Lampu penerangan di dalam rumah itu padam. Mata raksasa itu juga kemasukan debu.

Dalam gelap gulita, si Tulap berjalan meraba-raba menuju tempat penampungan air yang ada di dapur. Saat ia mengambil air, si lipan yang sudah menunggu segera menggigit tangannya. Raksasa yang malang itu pun kembali menjerit kesakitan seraya berlari menuju pintu keluar. Saat melewati pintu keluar kakinya tergelincir, karena menginjak kulit pisang yang telah diletakkan oleh Pak Tua. Raksasa itu jatuh terjengkang.

Melihat keadaan itu, Pak Tua segera memukul kepala si Tulap dengan tongkat yang ia bawa dari hutan. Raksasa yang ganas itu akhirnya tewas. Dengan tewasnya si Tulap, Pak Tua dan kawan-kawannya menjadi lega, karena terbebas dari ancaman bahaya. Mereka kembali ke tempat tinggal masing-masing, hidup tenang tanpa gangguan si Tulap.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH: NURUL L. IRFAN

ILUSTRASI: CAECILIA SANDY

 

 

Share to :


Leave A Comment