Bahaya Memanjakan Anak

 

Pada 1960-an, psikolog Diana Baumrind melakukan eksperimen untuk memahami, bagaimana orangtua berbeda dalam merespons anak-anak mereka. Baumrind menemukan tiga gaya utama pola pengasuhan; otoriter, otoritatif, dan permisif. Setiap gaya memiliki efek tersendiri bagi perkembangan anak. Artikel ini berfokus pada pola asuh permisif.

 

Pola asuh permisif kadang juga dikenal sebagai memanjakan atau non-direktif atau terlalu-longgar. Orang tua memiliki harapan longgar bagi pengendalian diri dan kematangan anak. Jadi, mereka relatif sedikit menuntut dan jarang mendisiplinkan anak. Mereka responsif terhadap anak, tapi tidak memberi aturan tegas.

 

Gaya pengasuhan memanjakan ini memang menciptakan hubungan hangat antara orang tua dan anak. Namun, seperti diperingatkan psikolog Dr Rose Mini MPsi dalam seminar bersama Superkids Indonesia dan Morinaga Platinum, pola asuh ini juga memiliki dampak buruk bagi anak-anak.

 

Orangtua yang memanjalan memang sangat terlibat dalam kehidupan anak, tapi tidak terlalu mengontrol perilaku. Orangtua model ini cenderung terlalu lembek, kurang memberi arahan, dan tidak memberlakukan aturan jelas. Contohnya, saat sarapan. Mereka hanya menyajikan makanan kesukaan anak meski nutrisinya kurang. Itu karena si anak menolak makan bila tidak menyukai menunya.

 

Anak yang tumbuh bersama orangtua permisif biasanya mendapatkan semua yang ia butuhkan,  dan sebagian besar yang ia ereka inginkan. Anak ini pun mungkin saja tumbuh kurang disiplin, kurang memiliki keterampilan sosial, terlalu egois, terlalu menuntut, merasa tidak aman, dan sebagainya. Di masa depan, ketika menghadapi kenyataan pahit atau dunia nyata, ia akan merasa kurang menghargai diri sendiri.

 

Jadi, Superparents, kita harus punya gaya pengasuhan yang berimbang. Kadang, kita boleh memanjakan anak. Di lain waktu, kita juga harus cukup berwibawa dan memberi aturan ketat.

 

 

TEGUH WAHYU UTOMO

FOTO: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment